MedanBisnis – Medan. Mesin X-ray kargo bekas Bandara Soekarno Hatta (Soetta) Cengkareng yang selama ini digunakan di terminal kargo Kualanamu International Airport (KNIA) ternyata sering ngadat dan rusak. Kondisi ini kian merugikan pelaku usaha jasa kiriman ekspres yang tergabung dalam Asperindo Sumut, karena barang keluar (output) memakan waktu hingga 3 jam.
“Masalah di kargo ini cukup banyak dan kompleks. Ini harus menjadi perhatian semua. Karena ini menyangkut pelayanan pengguna jasa kepada pelanggan. Seperti masalah X-ray bekas yang saat ini dipakai sering rusak. Belum lagi sistem komputer Lini I PT Gapura yang sering ngadat,” kata Ketua Asperindo Sumut M Eka Tarigan kepada MedanBisnis, Kamis (29/8).
Eka mengatakan akibat masalah itu barang masuk incoming) dan barang keluar (output) jadi molor hingga 3 jam. Padahal, seyogianya sirkulasi barang hanya memakan waktu 1 jam bahkan kurang dari itu. Untuk masalah x-ray kargo, pihak AP II Medan saat ini pun telah menambah mesin X-ray bekas Bandara Polonia untuk back up.
“Malah, mesin yang lama dari Polonia lebih bagus dari mesin bekas Soetta. Mesin dari Polonia itu bantuan Jepang. Kita juga sangat menyayangkan akan dioperasikannya Lini II. Apalagi, informasinya Lini II akan melakukan kutipan biaya di luar biaya resmi yang sudah dikutip PT Gapura di Lini I Terminal Kargo. Ini malah tambah beban kita,” ujarnya.
Dia menjelaskan seharusnya Lini II dengan operator PT JAS beroperasi nantinya tidak perlu mengutip biaya lagi. PT JAS dan PT Gapura harusnya menetapkan satu harga saja untuk digunakan oleh pengguna jasa. Sebab, tarif saat ini Rp 800/Kg tergolong tinggi dibanding tarif lama di Polonia Rp 500/KG sudah termasuk jasa porter.
“Jika tidak, maka sistem dua tarif ini akan membunuh pelaku usaha dan belum lagi rencana operasional sistem Regulated Agent (RA) pada kargo KNIA. Ini akan semakin menyulitkan pelaku usaha, khususnya perusahaan jasa kiriman kecil. Kalau seperti ini terus, kita akan segera ajukan protes resmi dan melepaskan masalah pada anggota apakah akan melakukan aksi unjukrasa ataupun mogok,” ungkapnya.
Seyogianya, dia mengatakan, Lini I hanya menangani masalah proses barang di pesawat dan proses barang masuk ditangani Lini II. Namun, sejak awal operasional KNIA pada 25 Juli lalu, PT AP II Cabang Medan malah lebih dulu mengoperasikan Lini I lebih dulu. “Kalau sistem yang benar seperti itu,” jelasnya.
Operator Lini I, General Manager (GM) PT Gapura Angkasa Ali Imran saat dikonfirmasi malah balik bertanya pada MedanBisnis dari mana informasi didapatkan. Tapi Ali berjanji akan segera melakukan pengecekan ke lapangan untuk mengetahui masalah sebenarnya.”Mesin x-ray memang eks Jakarta (Soetta-Cengkareng-red) tapi tetap jalan Pak dan back up juga sudah disiapkan. Kalo Lini II tinggal menunggu waktu aja untuk operasionalnya. Baik pak, saya ke lapangan mengeceknya,” jawabnya melalui pesan singkat.
GM PT AP II Medan HT Said Ridwan yang dikonfirmasi menuturkan pihaknya sudah mempertanyakan masalah ini ke direksi AP II Pusat. Bahkan, dirinya sudah memprotes langsung mengenai masalah di kargo. “Saya sendiri juga pusing. Semuanya mendesak ke saya. Saya pun juga kewalahan, karena seperti dari Asperindo dan pihak lainnya juga mengadukan masalah itu ke saya. Saya juga sudah bertanya ke direksi, kenapa bandara baru KNIA ini diberikan mesin bekas dari Soetta. Seharusnya ini, jadi tanggungjawab Manager Cargo Pak Ali. Karena beliau sudah saya angkat secara khusus tangani masalah ini di kargo. Kalau saya semua yang tangani ya bisa kacau. Karena banyak hal lain yang juga saya tangani seperti Terminal Penumpang. Saya juga akan mendesak terus ke direksi untuk masalah ini,” tegasnya.(sulaiman achmad)